Kamis, 14 Agustus 2014

Inflasi dan Investasi

Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, kita hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 2 juta untuk membeli sebuah sepeda motor baru. Tapi, kini harga sepeda motor baru minimal sudah mencapai sekitar Rp 10 juta. Selain motor, harga rumah, mobil, minyak, bensin, bahkan sampai harga nasi bungkus juga makin mahal. Ini fakta bahwa kita telah mengalami inflasi yang sangat tinggi dalam 10 tahun terakhir.

Namun, apakah inflasi, apa yang memicu inflasi, dan apa dampaknya bagi investasi kita? Definisi inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus. Tingkat inflasi dinyatakan dalam persen setiap tahun.

Jika inflasi meningkat, nilai uang kita juga akan menyusut. Sebab, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit.
Jenis atau variasi inflasi sendiri ada beberapa. Yang pertama adalah deflasi. Ini adalah lawan dari inflasi. Jadi, dalam deflasi, harga barang dan jasa justru turun. Kedua, adalah hiperinflasi. Ini terjadi jika inflasi menyentuh angka yang sangat tinggi. Hiperinflasi pernah terjadi di Jerman pada tahun 1923 ketika harga-harga melonjak sampai 2.500% dalam sebulan.

Ketiga adalah stagflasi. Ini adalah kombinasi antara inflasi, pertumbuhan ekonomi yang mandek, dan pengangguran yang tinggi. Banyak negara industri mengalami stagflasi pada tahun 1970-an ketika kondisi ekonomi diperparah oleh kebijakan OPEC menaikkan harga minyak. Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar