Kamis, 14 Agustus 2014

TABUNGANKU: Tabungan Rakyat, Tanpa Biaya Adminsitrasi

Bu Ijah, 42, sehari-harinya bekerja sebagai tukang cuci paruh waktu di kompleks perumahan yang berdekatan dengan tempat tinggalnya di pinggiran Jakarta Barat. Beberapa majikannya berkeinginan membayar gaji melalui rekening bank. Tetapi Bu Ijah telah menutup rekening yang dulu dibukanya di sebuah bank nasional. Alasannya terlalu banyak potongan dan biaya yang harus ia bayar. “Uang saya kan tidak seberapa. Kalau kepotong 10 ribu atau 12 ribu sebulan itu sangat besar bu,” kata bu Ijah menjelaskan alasannya.

Pak Trianto, 53, yang sehari-hari mengayuh becak di kota Tangerang menggunakan bank paling tidak sebulan sekali untuk mengirimkan uang ke keluarganya di sebuah desa di Klaten, Jawa Tengah. “Dulunya titip lewat teman kalau ada yang pulang kampong. Tetapi sekarang bisa lewat bank,” katanya sambil menunjuk sebuah bank yang di jejeran ruko tempat ia mangkal. Sama denga bu Ijah, Trianto juga mengeluhkan beban administrasi yang dipotong bank dari saldo rekeningnya yang juga tak seberapa. “Mudah-mudahan rekening saya tidak ditutup kalau kepotong terus,” ucap Trianto lirih.

Bu Ijah bisa jadi merupakan contoh dari puluhan juta rakyat Indonesia yang memilih tak berhubungan dengan bank karena beban biaya serta kendala lain berupa persyaratan administrative. Padahal posisi bank dalam masyarakat sebetulnya sangat penting sebagai tempat penyimpanan uang dan praktis untuk berbagai transaksi sehari-hari. Sementara jutaan lainnya berhubungan putus sambung dengan bank karena rekeningnya buka tutup akibat beban biaya administrasi Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar