Senin, 20 Oktober 2014

Jangan Memaksa, Hiduplah Sesuai Kemampuan


"Pak, Pak, aku kemarin ke rumah Bu Pujo, TVnya gede banget, katanya 50 inci lho Pak, barusan beli di toko, gres. Kapan ya kita punya teve segede itu, ayo dong Pak beli, teve kita sudah kuno, belakangnya masih kaya gemongan, teve sekarang kan tipis rata." Rengekan seorang istri kepada suaminya yang pegawai negeri ini dapat berakibat buruk, salah-salah suaminya korupsi untuk memenuhi tuntutan istrinya. Suami yang bijak akan menanggapi, "Lho Bune ini gimana toh? Bu Pujo itu kan suaminya pegawai perusahaan minyak, gajinya ratusan juta, lha aku cuma pegawai negeri.
Teve asal masih bisa ditonton apa salahnya, tayangannya juga sama."

Tidak ada salahnya memiliki motivasi untuk menjadi sukses, tetapi sangatlah salah membeli barang hanya untuk bersaing dengan tetangga. Banyak istri yang tidak mau tahu kesulitan rumah tangga dan cuma bisa merengek serta menggerutu. Kalau si istri kemudian mencari pekerjaan sendiri untuk membantu biaya rumah tangga sih mendingan (asal anak-anak tidak terlantar), tetapi kalau cuma bisanya merongrong, ini yang berbahaya. Katakanlah akhirnya teve mampu dibeli, besoknya dia melihat tetangga lain mengendarai mobil mercy model mutakhir, akan timbul rongrongan baru, begitu seterusnya tanpa ada akhirnya sampai si suami masuk lubang kubur karena stres. Menghadapi istri seperti ini harus ada jalan keluar.

Menyarankan dia bekerja
Mungkin ibu atau ibu mertua sudah pensiun dan dapat diandalkan untuk menjaga anak-anak yang masih kecil. Atau bila anak-anak sudah sekolah istri dapat bekerja selama anak-anak di sekolah (sebagai guru antara lain). Lebih afdol lagi kalau istri (atau suami) bekerja di rumah, entah sebagai penjahit, pengarang, ahli gambar atau buka warung Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar