Ryan Filbert
- Suatu hari, seorang teman bertanya kepada saya, “Ryan menurut kamu,
bila kamu membutuhkan uang seribu rupiah, lebih mudah mencari seribu
rupiah atau berhemat seribu rupiah?”
Karena saya termasuk dalam kategori orang hemat (ini menurut teman-teman saya, sampai-sampai saya dijuluki Gober Bebek Muda), dengan cepat saya menjawab, “Lebih mudah berhemat seribu rupiah.” Teman saya pun mengiyakan jawaban saya.
Ya, meskipun sama-sama bernilai seribu, sering kali banyak orang berpikir bahwa bila kita merasa kurang, cari saja uang yang lebih banyak. Pertanyaannya sangat mudah, lalu kapankah Anda akan merasa cukup?
Manusia dilahirkan menjadi makhluk yang tidak mudah puas. Dalam kehidupan, dikenal sebutan ‘hal yang dibutuhkan’. Namun bukan hanya itu, ada juga ‘hal yang diinginkan'. Sekilas kedua hal ini tampaknya sama, tapi sebenarnya mereka adalah saudara jauh.
Dalam hidup, setidaknya kita pasti membutuhkan hal mendasar, dan di sekolah dasar kita mengenalnya sebagai kebutuhan primer. Salah satu contoh kebutuhan primer yaitu makanan (pangan).
Namun bila ditanya, “Ingin makan apa?” jawabannya bisa seribu satu macam, dan tentunya juga seribu satu harga , padahal kebutuhannya cuma satu. Makan untuk tetap hidup, tetap sehat, dan bisa melanjutkan hari esok. Artinya, keinginan manusia terhadap pemenuhan kebutuhan bisa sangat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Saya sangat puas dengan sepiring nasi dengan lauk tahu dan tempe, tapi ada orang lain yang kalau tidak makan tahu dan tempe dari restoran XYZ, tampaknya dia belum puas.
Seperti yang kita ketahui, meskipun sama-sama tahu tempe, tapi bila sudah masuk ke restoran, harganya pasti akan jauh lebih mahal. Kadang kita hanya terfokus untuk berusaha meningkatkan pendapatan agar bisa memenuhi keinginan, bukan kebutuhan. Alhasil, sebenarnya kita tidak bertambah kaya sama sekali, bahkan sebenarnya malah bertambah miskin! Continue Reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar