Senin, 15 Desember 2014

Bagaimana Cara Mengatur Keuangan Di Saat Situasi Sulit?

Perencanaan Keuangan - Tahun 2014 sebentar lagi akan tutup buku. Selain akan tercatat sebagai tahun ketika Indonesia memiliki presiden baru, tahun kuda kayu ini juga terlewatkan sebagai  tahun penuh tantangan. Terutama menyangkut urusan kocek.

Beragam harga kebutuhan pokok satu per satu naik. Sebagai awalan, mulai Juli lalu, tarif listrik naik bertahap setiap dua bulan dengan rentang kenaikan mulai 5,36%–11,37%. Lalu, harga gas elpiji 12  kilogram menyusul ganti harga. Terakhir, November lalu harga bahan bakar minyak (BBM) akhirnya dikerek naik sekitar 30%.

Praktis, kebijakan itu memicu kenaikan hampir semua harga barang dan jasa, mulai dari harga cabai hingga ongkos transportasi publik. Tekanan inflasi tinggi akibat harga BBM yang berganti, menyulut pula aksi Bank Indonesia (BI) mengerek bunga acuan BI rate hingga ke level 7,75%. Singkat cerita, pengetatan ekonomi menjadi panglima.


Tahun depan bukan tidak mungkin tantangan dalam urusan kocek akan semakin bertambah berat. BI, misalnya, bersiap-siap menaikkan bunga lagi sebagai antisipasi capital outflow apabila The Federal Reserves, bank sentral Amerika Serikat (AS), jadi menaikkan suku bunga. Jika itu terjadi, bersiaplah menghadapi situasi ekonomi  domestik yang lebih mahal dan lebih ketat.

Anda yang mungkin kini masih tercatat sebagai debitur bank dengan sistem bunga mengambang, harus siap-siap menghadapi kenaikan bunga pinjaman. Sedangkan Anda yang hendak berutang pada bank untuk berbagai keperluan, mau tidak mau dipaksa menunda keperluan tersebut. Pilihan lain, Anda harus rela membayar bunga lebih mahal akibat tight money policy bank sentral.

Siapkah Anda menghadapi tahun 2015 yang semakin menantang kelak? Inflasi tak jadi masalah besar manakala pendapatan Anda mampu melampauinya. Hanya saja, kenaikan gaji acapkali tidak mampu mengungguli laju inflasi yang biasanya lebih menggila. “Situasi seperti ini memberikan pelajaran penting, inflasi itu nyata dan membuat biaya hidup membengkak,” tandas Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana Consulting.

Jika sudah begitu, menurut perencana keuangan TGRM Financial Planning Services Taufik Gumulya, satu-satunya jalan adalah mengubah gaya hidup dan beradaptasi dengan situasi sulit agar laju inflasi tidak kian memiskinkan Anda. “Tidak realistis apabila kita tetap mempertahankan gaya hidup nyaman di tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.

Tetap mempertahankan gaya hidup dengan mengabaikan faktor inflasi berisiko membuat kantong Anda jebol. Nah, bagaimana memulai adaptasi kocek? Anda bisa mengawalinya dengan menyusun resolusi tahun baru, khusus urusan kocek. Bagaimana langkah-langkahnya? Mari menyimak saran dari perencana keuangan: Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar