Perencanaan Keuangan
- Tahun 2014 sebentar lagi akan tutup buku. Selain akan tercatat
sebagai tahun ketika Indonesia memiliki presiden baru, tahun kuda kayu
ini juga terlewatkan sebagai tahun penuh tantangan. Terutama menyangkut
urusan kocek.
Beragam harga kebutuhan pokok satu per satu naik.
Sebagai awalan, mulai Juli lalu, tarif listrik naik bertahap setiap dua
bulan dengan rentang kenaikan mulai 5,36%–11,37%. Lalu, harga gas elpiji
12 kilogram menyusul ganti harga. Terakhir, November lalu harga bahan
bakar minyak (BBM) akhirnya dikerek naik sekitar 30%.
Praktis,
kebijakan itu memicu kenaikan hampir semua harga barang dan jasa, mulai
dari harga cabai hingga ongkos transportasi publik. Tekanan inflasi
tinggi akibat harga BBM yang berganti, menyulut pula aksi Bank Indonesia
(BI) mengerek bunga acuan BI rate hingga ke level 7,75%. Singkat
cerita, pengetatan ekonomi menjadi panglima.
Tahun depan bukan
tidak mungkin tantangan dalam urusan kocek akan semakin bertambah berat.
BI, misalnya, bersiap-siap menaikkan bunga lagi sebagai antisipasi
capital outflow apabila The Federal Reserves, bank sentral Amerika
Serikat (AS), jadi menaikkan suku bunga. Jika itu terjadi, bersiaplah
menghadapi situasi ekonomi domestik yang lebih mahal dan lebih ketat.
Anda
yang mungkin kini masih tercatat sebagai debitur bank dengan sistem
bunga mengambang, harus siap-siap menghadapi kenaikan bunga pinjaman.
Sedangkan Anda yang hendak berutang pada bank untuk berbagai keperluan,
mau tidak mau dipaksa menunda keperluan tersebut. Pilihan lain, Anda
harus rela membayar bunga lebih mahal akibat tight money policy bank
sentral.
Siapkah Anda menghadapi tahun 2015 yang semakin menantang
kelak? Inflasi tak jadi masalah besar manakala pendapatan Anda mampu
melampauinya. Hanya saja, kenaikan gaji acapkali tidak mampu mengungguli
laju inflasi yang biasanya lebih menggila. “Situasi seperti ini
memberikan pelajaran penting, inflasi itu nyata dan membuat biaya hidup
membengkak,” tandas Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana
Consulting.
Jika sudah begitu, menurut perencana keuangan TGRM
Financial Planning Services Taufik Gumulya, satu-satunya jalan adalah
mengubah gaya hidup dan beradaptasi dengan situasi sulit agar laju
inflasi tidak kian memiskinkan Anda. “Tidak realistis apabila kita tetap
mempertahankan gaya hidup nyaman di tahun-tahun sebelumnya,” kata dia.
Tetap
mempertahankan gaya hidup dengan mengabaikan faktor inflasi berisiko
membuat kantong Anda jebol. Nah, bagaimana memulai adaptasi kocek? Anda
bisa mengawalinya dengan menyusun resolusi tahun baru, khusus urusan
kocek. Bagaimana langkah-langkahnya? Mari menyimak saran dari perencana
keuangan: Continue Reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar