Jumat, 05 Desember 2014

Tips Merencanakan Keuangan Bagi yang Memiliki Pendapatan Tidak Tetap

Perencanaan Keuangan - Menjadi pekerja profesional atau pengusaha tentu menyenangkan. Sebab Anda bekerja tidak memiliki atasan dan semua kendali benar-benar di tangan Anda sendiri. Seberapa banyak waktu yang Anda alokasikan untuk pekerjaan dan seberapa besar penghasilan yang ingin Anda raih juga di tangan Anda. Kenaikan penghasilan per tahun pun bisa mengalahkan kenaikan karyawan kantoran yang kebanyakan berkisar 10%, bahkan kurang dari itu.

Tetapi di sisi lain, Anda juga dituntut memiliki kemampuan jitu dan cermat dalam mengelola penghasilan yang Anda peroleh, baik di saat penghasilan tinggi maupun saat penghasilan lebih kecil ketimbang biasanya. Para profesional seperti artis, dokter, desainer, pekerja lepas adalah pekerja yang memiliki pendapatan tidak pasti setiap bulan.

Seringkali, gaya hidup dan pergaulan membuat mereka lupa bahwa ada saat-saat tertentu di mana penghasilan menurun. Jika tidak hati-hati, penghasilan sebesar apa pun bisa lenyap tanpa bekas.Jika penghasilan bisa tidak tetap, naik dan turun, lain halnya dengan pengeluaran. Sebagian pengeluaran, seperti listrik, transportasi, makan setiap bulan relatif tetap.


Para perencana keuangan selalu menganjurkan Anda yang memiliki penghasilan tidak tetap untuk menghitung terlebih dahulu penghasilan rata-rata per bulan. "Penghasilan setahun total berapa dibagi 12, nah, itu penghasilan rata-rata dijadikan patokan dalam merencanakan berbagai tujuan keuangan," ujar Lisa Soemarto, perencana keuangan dari AFC.

Bahkan, menurut Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Money and Love Planning and Consulting, para profesional atau pekerja lepas dengan penghasilan tidak tetap per bulan ini harus waspada dalam mengelola uangnya. "Apalagi untuk pengeluaran tak terduga," imbuh Freddy.

Utamakan yang rutin

Lantas bagaimana Anda harus mengatur seluruh pengeluaran agar tetap bisa dibiayai dengan penghasilan yang tidak tetap tadi? Farah Dini Novita, perencana keuangan senior dari Zelts - Janus Consulting, menambahkan, pencatatan semua pengeluaran ini lebih wajib dilakukan oleh pekerja dengan penghasilan tidak tetap. Sebab, dari angka yang didapatkan, si pekerja tersebut bisa menjadikannya patokan. "Untuk gambaran berapa penghasilan yang harus didapat setiap bulannya," ujar Dini, sapaan akrabnya.

Lalu bagaimana kalau angka pengeluaran rutin dan pemasukan rata-ratanya tidak klop, seperti kata pepatah, besar pasak daripada tiang? Nah, kalau itu terjadi, Dini menyarankan untuk menekan anggaran pengeluaran yang ada dalam daftar pengeluaran non-rutin. "Utamakan yang rutin dulu," kata dia.

Freddy juga menyarankan hal serupa. Menurutnya, ada beberapa pengeluaran yang bisa ditunda lebih dulu seperti zakat atau investasi, misalnya. "Tapi kalau utang tidak bisa ditunda. Misalnya punya KPR, kalau tidak dicicil, rumahnya bisa disita," kata Freddy Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar