Perencanaan Keuangan
- Menjadi pekerja profesional atau pengusaha tentu menyenangkan. Sebab
Anda bekerja tidak memiliki atasan dan semua kendali benar-benar di
tangan Anda sendiri. Seberapa banyak waktu yang Anda alokasikan untuk
pekerjaan dan seberapa besar penghasilan yang ingin Anda raih juga di
tangan Anda. Kenaikan penghasilan per tahun pun bisa mengalahkan
kenaikan karyawan kantoran yang kebanyakan berkisar 10%, bahkan kurang
dari itu.
Tetapi di sisi lain, Anda juga dituntut memiliki
kemampuan jitu dan cermat dalam mengelola penghasilan yang Anda peroleh,
baik di saat penghasilan tinggi maupun saat penghasilan lebih kecil
ketimbang biasanya. Para profesional seperti artis, dokter, desainer,
pekerja lepas adalah pekerja yang memiliki pendapatan tidak pasti setiap
bulan.
Seringkali, gaya hidup dan pergaulan membuat mereka lupa
bahwa ada saat-saat tertentu di mana penghasilan menurun. Jika tidak
hati-hati, penghasilan sebesar apa pun bisa lenyap tanpa bekas.Jika
penghasilan bisa tidak tetap, naik dan turun, lain halnya dengan
pengeluaran. Sebagian pengeluaran, seperti listrik, transportasi, makan
setiap bulan relatif tetap.
Para perencana keuangan selalu
menganjurkan Anda yang memiliki penghasilan tidak tetap untuk menghitung
terlebih dahulu penghasilan rata-rata per bulan. "Penghasilan setahun
total berapa dibagi 12, nah, itu penghasilan rata-rata dijadikan patokan
dalam merencanakan berbagai tujuan keuangan," ujar Lisa Soemarto,
perencana keuangan dari AFC.
Bahkan, menurut Freddy Pieloor,
perencana keuangan dari Money and Love Planning and Consulting, para
profesional atau pekerja lepas dengan penghasilan tidak tetap per bulan
ini harus waspada dalam mengelola uangnya. "Apalagi untuk pengeluaran
tak terduga," imbuh Freddy.
Utamakan yang rutin
Lantas
bagaimana Anda harus mengatur seluruh pengeluaran agar tetap bisa
dibiayai dengan penghasilan yang tidak tetap tadi? Farah Dini Novita,
perencana keuangan senior dari Zelts - Janus Consulting, menambahkan,
pencatatan semua pengeluaran ini lebih wajib dilakukan oleh pekerja
dengan penghasilan tidak tetap. Sebab, dari angka yang didapatkan, si
pekerja tersebut bisa menjadikannya patokan. "Untuk gambaran berapa
penghasilan yang harus didapat setiap bulannya," ujar Dini, sapaan
akrabnya.
Lalu bagaimana kalau angka pengeluaran rutin dan
pemasukan rata-ratanya tidak klop, seperti kata pepatah, besar pasak
daripada tiang? Nah, kalau itu terjadi, Dini menyarankan untuk menekan
anggaran pengeluaran yang ada dalam daftar pengeluaran non-rutin.
"Utamakan yang rutin dulu," kata dia.
Freddy juga menyarankan hal
serupa. Menurutnya, ada beberapa pengeluaran yang bisa ditunda lebih
dulu seperti zakat atau investasi, misalnya. "Tapi kalau utang tidak
bisa ditunda. Misalnya punya KPR, kalau tidak dicicil, rumahnya bisa
disita," kata Freddy Continue Reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar