Jumat, 28 November 2014

Dalam Ber-Investasi, Potensi Return Jangan Dijadikan Tolak Ukur Utama

Edukasi - Beda masa, beda pula instrumen investasi yang menjadi primadona. Selama bunga perbankan tinggi, cash is the king adalah prinsip para pemodal. Instrumen yang mudah dicairkan, seperti deposito perbankan, akan menjadi pilihan. Namun di masa bunga pinjaman sedang murah, properti yang akan menjadi idaman.

Nah, saat ini ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih. Di sektor riil, properti seperti rumah dan apartemen bisa menjadi pilihan. Hasil investasi di properti bisa berupa pertumbuhan harga ataupun pendapatan dari sewa.

Jenis instrumen investasi yang berupa produk perbankan  dan pasar finansial lebih banyak lagi. Deposito, yang merupakan produk bank, bisa disebut sebagai instrumen investasi yang klasik. Lalu, produk pasar finansial bisa dibagi lagi menjadi produk ekuitas dan produk pasar uang. Contoh yang pertama  seperti saham dan waran. Sedang obligasi termasuk kelompok kedua.

Ada pula reksadana, yang punya banyak wujud. Manajer investasi, penerbit reksadana, bisa memutarkan dana yang dikumpulkannya di satu instrumen saja atau lebih dari satu jenis produk.
Jika ingin tidak terjeblos saat berinvestasi, jangan bermodal cap-cip-cup kembang kuncup, saat memilih instrumen investasi. Kalau mengikuti tahapan berinvestasi yang aman, Anda harus memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko pribadi. Jangka waktu investasi pun patut menjadi pertimbangan.


Lukas Setia Atmadja, pengajar investasi dan keuangan di Prasetiya Mulya, menambahkan, ada empat poin yang juga bisa menjadi pegangan saat menimbang pilihan instrumen investasi.

Pertama, melihat imbal hasil dari tiap instrumen. Faktor ini patut diperhatikan karena bagaimana pun faktor ini yang akan menentukan tujuan investasi kita tercapai atau tidak.  Biasanya, laju inflasi menjadi pembanding hasil investasi.

Maksudnya, imbal hasil sebuah instrumen baru dinilai layak dipertimbangkan apabila melampaui laju inflasi. Seleksi kedua yang bisa Anda lakukan saat memilih instrumen investasi adalah melihat likuiditas dari masing-masing instrumen. Sangat mungkin ada lebih dari satu instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang masuk dalam kategori incaran Anda. Dalam situasi semacam itu, pilihlah instrumen yang unggul dari segi likuiditas, alias yang paling mudah dicairkan menjadi uang.

Faktor likuiditas ini yang menjadikan saham atau reksadana saham unggul dibandingkan properti sebagai instrumen investasi di jangka menengah –panjang. Pertimbangan likuiditas ini menjadi sangat penting lagi, apabila kita berharap menikmati hasil investasi dalam waktu dekat Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar