Kamis, 13 November 2014

Tidak Masalah Banyak Anak, Namun Perhatikan Resiko Kesehatan Mereka

Mayoritas masyarakat Indonesia tentu masih ingat betapa gegap gempitanya gerakan Keluarga Berencana (KB) di zaman Orde Baru. Rezim otoriter itu bahkan menurunkan kekuatan militer untuk mendorong masyarakat, terutama kelompok PNS/TNI/Polri yang telah berkeluarga untuk memakai kontrasepsi.

Semboyan “dua anak cukup” sangat akrab di keseharian masyarakat kita. Anak sedikit kemudian diidentikkan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dari segi kebutuhan dana pendidikan dan kesehatan, misalnya, akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan keluarga beranak lima orang.
Namun, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menganut prinsip banyak anak banyak rezeki. Dus, alih-alih ikut program KB, mereka hepi-hepi saja memiliki anak lebih dari dua.

Yang menjadi persoalan, bagaimana dengan manajemen dana kesehatan keluarga beranak lebih dari dua? Bagi keluarga PNS, masalah dana kesehatan relatif tidak menjadi persoalan. Begitu juga bagi keluarga yang suami atau istrinya bekerja di perusahaan dengan sistem jaminan kesehatan yang memadai hingga anak lebih dari dua.

Dalam kamus perencanaan keuangan yang sehat, dana kesehatan wajib ada. Risiko kesehatan selalu mengintai, terlebih di tengah lingkungan hidup yang kian polutif. Dalam perencanaan keuangan yang ideal, pengelolaan risiko kesehatan tidak sekadar masalah pendanaan. “Tapi, meliputi juga upaya pencegahan dengan menerapkan gaya hidup sehat, makan makanan bergizi, ikut imunisasi, dan sebagainya,” kata Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning.


Upaya preventif kerap dilupakan oleh orang. Alhasil, acapkali orang terjebak membeli banyak asuransi kesehatan namun menjalankan gaya hidup yang tidak sehat.

Wajib punya asuransi?
Setelah upaya pencegahan Anda lakukan, masalah ketersediaan dana untuk berobat juga perlu dipikirkan. Budi menyebut, pengelolaan risiko kesehatan dari sisi finansial bisa Anda tempuh melalui dua cara. Pertama, menyediakan dana darurat khusus untuk masalah kesehatan keluarga. Kedua, melengkapi proteksi kesehatan keluarga dengan asuransi kesehatan sesuai kebutuhan.

Ah, ujung-ujungnya duit, dong? Mungkin begitu seloroh Anda. Tapi, mau terima atau tidak, faktanya biaya sakit memang mahal di negeri ini. “Sakit rawat jalan saja, biayanya bisa ratusan ribu rupiah, apalagi kalau sampai opname di rumahsakit,” kata Diana Sandjaja, perencana keuangan dari Tatadana Consulting. Dus, memiliki asuransi kesehatan wajib hukumnya.

Nah, jadi persoalan jika dalam keluarga beranak banyak, hanya dua atau tiga anak saja yang ditanggung oleh pemberi kerja. Bagaimana dengan jaminan kesehatan untuk anak keempat, kelima, dan seterusnya? Kebutuhan dana darurat kesehatan maupun premi asuransi bisa-bisa melampaui kemampuan kocek keluarga. “Jika anak tidak punya asuransi kesehatan dari perusahaan, orangtuanya harus siap menjadi perusahaan asuransi bagi anaknya itu,” ujar Diana.

Lantas, bagaimana jurus yang bisa kita tempuh agar semua anak kita mendapatkan jaminan kesehatan juga? Berikut saran dari para financial planner: Continue Reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar