Doni tak bisa menyembunyikan rasa gundahnya. Putri keduanya yang baru
berusia 3 tahun dinyatakan positif terserang demam berdarah dengue
(DBD). Kegundahan lelaki berusia 33 tahun itu semakin menjadi tatkala
putrinya divonis harus dirawat inap beberapa hari.
Bukan karena
cara penanganan sakit anaknya yang dipersoalkan Doni, tapi biaya
pengobatan rawat inap di rumah sakit yang membuatnya gundah. Maklum,
biasanya biaya rawat inap tidak sedikit. Nah, ketika anaknya harus
dirawat inap, Doni tidak memegang uang tunai untuk biayanya.
Beruntung,
perusahaan tempatnya bekerja menyediakan fasilitas tunjangan sakit
untuk diri dan keluarganya. Sayangnya, Doni hanya seorang karyawan
golongan rendah. Karenanya, plafon tunjangan kesehatan yang dia dapat
dari kantornya nya hanya Rp 2 juta per tahun.
Di sini
persoalannya. Ketika putrinya sembuh, Doni harus mengeluarkan total
biaya rawat inap rumahsakit Rp 3,5 juta. Dana itu untuk biaya kamar
kelas dua senilai Rp 275.000 per hari. Sisanya untuk biaya administrasi,
pembelian obat, dan tindakan dokter. Alhasil, dengan plafon tunjangan
kesehatan dari kantornya yang hanya Rp 2 juta, Doni pun harus merogoh
kocek sendiri untuk menutupi biaya rawat inap sang anak.
Sejatinya,
kisah seperti Doni banyak dialami masyarakat di negeri ini. Kendati
telah memiliki dana tunjangan kesehatan dari perusahaannya, fasilitas
itu tidak mencukupi biaya kesehatan keluarganya.
Jadi, apa yang
harus dilakukan jika kita berada dalam posisi seperti Doni? Salah satu
solusinya memiliki polis asuransi kesehatan dari luar kantor. Belakangan
ini banyak perusahaan asuransi yang menjual produk asuransi kesehatan
dengan premi murah di bawah Rp 100.000 per tahun.
Tapi, tunggu
dulu. Sebelum memutuskan membeli, ada baiknya Anda mempertimbangkannya
dengan matang. Dengan demikian, polis asuransi kesehatan yang kita beli
dengan premi murah tersebut bisa benar-benar menutupi kebutuhan ketika
kita sakit.
Nah, yang harus Anda lihat pertama, apakah fasilitas
asuransi kesehatan dari perusahaan tempat bekerja telah meng-cover penuh
kebutuhan biaya ketika sakit atau tidak. Kalau sudah terpenuhi, tidak
perlu membeli polis asuransi kesehatan lagi, meskipun preminya murah,?
ujar Mohammad B. Teguh, perencana keuangan dari Quantum Magna Financial
(QM).
Hal yang perlu dilihat juga adalah kebutuhan biaya kesehatan
masing-masing individu. Sebab, tidak semua perusahaan menyediakan
fasilitas asuransi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan karyawannya.
Contoh, jika mendapat perawatan di rumahsakit, karyawan di level
tertentu hanya mendapat fasilitas perawatan di kamar yang tarifnya hanya
Rp 300.000 per hari. Padahal, dia hanya nyaman dirawat di kamar yang
tarifnya Rp 500.000 per hari.
Nah, jika itu yang dinginkan, maka
karyawan itu harus menambah sendiri biaya tersebut dari kocek
pribadinya. Ketika kondisinya seperti itu, Teguh menyarankan agar
karyawan tadi memiliki asuransi kesehatan dari luar kantor. ??Karena di
situ ada selisih antara fasilitas yang didapat dari kantor dengan
kebutuhannya,? imbuhnya.
Namun, Teguh mengingatkan agar nasabah
teliti ketika membeli produk asuransi yang preminya murah. Berikut ini
adalah beberapa tips memilih asuransi kesehatan dengan premi murah yang
dirangkum dari sejumlah perencana keuangan: Continue Reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar